Monday 26 November 2012

Yang Boleh dan Tidak Boleh Dibicarakan di Depan Anak

 Anda kerap berpikir anak-anak terlalu muda untuk mengerti pembicaraan orangtua? Pikirkan kembali.

“Dalam kenyataan, orangtua kerap kali terkaget-kaget ketika anak-anak terlalu banyak mendengar hal-hal yang belum semestinya didengar,”  ungkap Brad Sachs, PhD , seorang psikolog keluarga di Kolumbia, juga seorang penulis buku "The Good Enough Child and The Good Enough Teen”.

Anak adalah pendengar dan pengingat yang baik, oleh karena itu pikirkan kembali situasi dan kondisi sebelum Anda mengumbar kata-kata terhadap pasangan. Selain itu, anak-anak dapat merasa bingung dan kecewa atas apa yang didengarnya dari orang dewasa. Mereka tak selalu menyatakan kebingungannya di hadapan Anda karena khawatir Anda kecewa. Namun mereka dapat mengulang kata-kata atau perilaku yang tak selayaknya di lain waktu. Sebelum semua itu terjadi, berikut beberapa hal yang patut Anda pertimbangkan ‘Boleh dan Tidak Boleh’ dibicarakan di depan anak.


6 Hal yang Harus Dihindari
Topik panas
Hati-hati berbicara dengan pasangan Anda tentang isu-isu besar, seperti, masalah keuangan keluarga atau krisis keluarga. Anak-anak dapat secara magnetis tertarik dengan perdebatan dan emosional Anda,  demikian dipaparkan  Eileen Kennedy-Moore, PhD , seorang psikolog di Princeton, NJ, juga  penulis Smart Parenting for Smart Kids: Nurturing Your Child's True Potential . Kendati mereka mungkin tidak benar-benar mengerti apa yang terjadi. Interpretasi mereka dapat lebih menakutkan daripada apa yang sebenarnya terjadi.

Sebaiknya , jika sesuatu yang besar sedang terjadi dalam rumah tangga, cobalah menyembunyikannya dari anak-anak. Beri mereka fakta-fakta dasarnya saja, sedangkan detilnya dapat diberikan seiring berjalannya waktu. 

Bicara kotor
Jangan kerap mengritisi Guru sang anak, Ibu kandung Anda, ataupun mantan suami di hadapan anak. 
Sebaiknya, hentikan berbicara ini. Anda akan menjadi contoh yang buruk bagi anak-anak. Selain itu, Anda juga dapat menyakiti anak karena telah membicarakan seseorang yang mereka sayangi. Ini akan menjadi luka yang sangat mengganggu hubungan Anda dengan sang buah hati.

Mengritik anak
Anda mungkin kerap mengutarakan kekecewaan atau kemarahan terhadap anak dengan berbicara di telepon, tanpa mempertimbangkan jika anak dapat mendengarnya.  Hati-hati, ini dapat sangat menyakiti anak-anak ketika mendengarnya. Anak dapat merasa malu atau sangat marah karena perilaku Anda.

Sebaiknya, hilangkan kebiasaan mengritik anak-anak atas kekurangannya. Cobalah lebih berhati-hati menyikapi kekecewaan Anda terhadap kecerobohan anak, ketimbang membicarakan pada orang lain.

Mengeluh
Orang dewasa kerap kali mengeluh  atas beberapa hal yang terjadi dalam hidupnya, seperti, pekerjaan dan pasangan. Sayangnya, ketika  didengar oleh anak-anak, mereka akan menangkapnya sebagai contoh atau perilaku buruk yang dapat diimitasi saat bersosial di sekolah bahkan kelak kemudian hari dalam pekerjaannya.

Sebaiknya , lebih banyak bicarakan tentang aspek positif dalam pekerjaan. Jika Anda sedang mengerjakan proyek yang penting akhir-akhir ini, pastikan anak mendengarnya dari Anda.

Kecewa
Kecewa dengan beberapa pemberitaan. Bagi anak-anak, dunia adalah tempat yang tidak begitu luas. Mereka mungkin mendengar sesuatu dan berasumsi  berlebihan tentang dunia serta merekamnya dalam pemikiran. Misalnya, ketika Anda mengomentari sebuah berita pencurian, mereka berasumsi jika perampok akan mendatangi rumah Anda dan mereka senantiasa ketakutan.

Sebaiknya , lindungi anak-anak dari pemberitaan negatif yang membuatnya salah mengerti.  Jika mendengar pemberitaan negatif, pastikan Anda memberikan pemahaman sesuai konteks dan jelaskan jika mereka cukup aman dalam kesehariannya.

Bersumpah serapah
Banyak orang dewasa sengaja maupun tak sengaja bersumpah serapah di depan anak-anak. Jangan kaget jika suatu saat anak-anak mengimitasinya. Mereka hanya menganggap jika pernyataan itu lucu dan menyenangkan.

Sebaiknya,  cobalah sebisa mungkin tak bersumpah di depan anak-anak. Jika Anda masih kerap tak sengaja melakukannya, cobalah katakan pada anak untuk mendenda Anda. Ini akan menjadi cara menanamkan pemahaman yang benar jika sumpah serapah itu tidak baik. Dan,  akan menjadi  alat kontrol orang dewasa untuk tak melakukannya kembali.


Tangani Langsung
Kendati Anda telah berhati-hati, anak-anak dapat mendengar hal-hal yang tak seharusnya mereka  dengar.

Berikut adalah tips  menangani  ketika hal itu terjadi :

Tanyakan apa yang mereka dengar.  Jika Anda mencuigai anak-anak mendengar sesuatu, tanyakan. Beritaju  jika mereka tidak akan mendapat masalah jika memberitahu Anda. Mereka mungkin  tahu jika menguping itu salah dan takut memberitahu Anda.

Jelaskan
Bantulah anak-anak menempatkan perspektif akan apa yang mereka dengar. Jika mereka kecewa dengan apa yang Anda dan pasangan perdebatkan, jelaskan jika orang dewasa kadang-kadang tidak sependapat. Perbedaan pendapat ini bukan berarti mommy  dan ayah akan bercerai.

Proaktif
Jangan pikir Anda dapat menyembunyikan sesuatu yang besar dari anak-anak. Misalnya, Anda atau pasangan terkena PHK, keluarga menderita penyakit serius, dan sebagainya. Merahasiakan sesuatu  dari anak-anak tidak akan selalu berjalan mulus. Sebaliknya, cobalah menjelaskan sesuai usia mereka dan lakukan pendekatan yang tepat. Kendati tidak perlu membagi  kebingungan dan kecemasan seluruhnya.

Dapatkan privasi sesuai kebutuhan. Jika Anda memiliki sesuatu hal serius yang perlu didiskusikan, lakukan di tempat lain. Cobalah membicarakan sembari berjalan keluar bersama pasangan. Atau bicarakan dalam kamar tidur tertutup selama beberapa menit. Jangan berbisik atau berbicara dalam kode didepan anak.

Biarkan mereka mendengar beberapa
Ada satu keuntungan anak-anak mendengar pembicaraan orang dewasa. Ini bisa menjadi salah satu cara memuji anak secara tak langsung. Sesekali cobalah berbicara dengan neneknya dan utarakan bagaimana pandainya anak di sekolah. Ini dapat meningkatkan kepercayaan diri anak. Terkadang, anak-anak lebih percaya apa yang mereka kuping daripada apa yang diutarakan orangtua kepadanya.

Sumber : surabaya.tribunnews.com

No comments:

Post a Comment